"Ada Gerhana Cepet Kamu Bikin Nasi Liwet, Nanti Ada Apa-Apa Sama Calon Bayimu"


"Bun, pernah denger gak kalau ada gerhana, bumil harus bikin nasi liwet disuruh sama nenek nih, kalau gak bikin nanti debaynya kenapa-kenapa bener gak sih jadi kepikiran?"

Sebelum itu mari kita mengetahui bagaimana tradisi liwetan itu

Mitos datangnya buto ijo (makhluk gaib raksasa) yang akan memangsa janin para perempuan hamil saat terjadi gerhana matahari masih melekat di sebagian masyarakat Jawa. Saat gerhana terjadi, para perempuan hamil pun biasa menggelar tradisi liwetan (menanak nasi) yang dipercaya bisa mengusir buto ijo.



liwetan bagi orang hamil saat gerhana bulan masih tetap dipercaya sebagian masyarakat. Seperti dilakukan warga Desa Manduro Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto yang menggelar acara liwetan bagi wanita hamil saat gerhana bulan. Biasanya ketika sudah mendengar kabar akan terjadi gerhana bulan total segala sesuatu yang menyangkut kelengkapan disiapkannya.

Hingga akhirnya, waktu itu tiba satu keluarga yang ada orang hamil tersebut saling bahu membahu mengeluarkan kelengkapan ritualnya ke halaman rumah. Selain perlengkapan ngliwet (menanak nasi, red), dan juga lauk kelengkapannya seperti ikan telur rebus, sambal terasi dll. Bersamaan itu pula, mereka mengundang tetangga sekitar untuk datang ke acara liwetan-nya tersebut.

Tak seperti liwetan kebanyakan orang melekan, uniknya di halaman rumah tersebut terlihat disiapkan tempat tidur berukuran kecil. Saat bulan yang sedikit demi sedikit mulai redup, dimulailah acara puncak dimana seorang tokoh masyarakat yang didapuk memimpin acara pun terlihat mulai mempersiapkan diri.

Kompor dari tanah mulai dihidupkan. Di atasnya sebuah panci siap menyambut jilatan api kompor. Liwetan mulai berlangsung. Para undangan, terlihat duduk rapi mengitari hidangan makanan yang sebagian telah siap.
Sambil menunggu waktu menyantap hidangan, satu per satu prosesi ritual atau tradisi dimulai. Diawali dengan liwetan sebagai acara pembuka, dilanjutkan dengan warga yang tengah hamil tujuh bulan dihadirkan di tengah undangan. Lalu menjalani prosesi pertama yaitu seorang pemandu akan mangarahkan perempuan yang hamil diminta menggigit kereweng (pecahan genting).

Sambil mulutnya menggigit kereweng, tangannya terus mengelus-elus perutnya yang sudah membesar dengan senantiasa berdoa.Lalu kemudian perempuan yang hamil tersebut diharuskan melewati kolong tempat tidur yang sudah dipersiapkan atau biasa di sebut mbrobos. Setelah seluruh prosesi berjalan lancar. tahap terakhir, berdoa bersama sebelum menyantap seluruh makanan yang disiapkan. Tapi biasanya juga, puluhan anak-anak dan warga  mencari pohon. Di tengah gerhana bulan berlangsung, mereka nampak berlomba bergelantungan di pohon itu. dan memukul batang pohon seperti membangunkan pohon tersebut. Bersamaan gerhana bulan selesai.

Penjelasan menurut islam dan juga dalam kesehatan

Penyebab terjadinya gerhana bulan berlangsung sangat ilmiah, bukan karena bulan dimakan raksasa sebagaimana dijelaskan dalam cerita tutur masyarakat adat dalam tradisi.

Dulu, fenomena gerhana sangat menakutkan. Penduduk tidak ada yang berani keluar rumah.

Bahkan, pepohonan ikut dibangunkan agar tidak terkena dampak gerhana. Begitu juga ibu hamil juga harus dilakukan selamatan, bancaan atau ritual khusus agar si jabang bayi selamat.

Namun, sekarang peristiwa gerhana bukan lagi hal yang ditakuti. Bahkan, sebagian orang nekat untuk mengabadikan gambar gerhana dengan kamera kemudian diunggahnya ke media sosial.

Gerhana bulan pun malah dijadikan sebagai wisata sains. Di beberapa tempat, termasuk stasiun televisi biasanya menyiarkan fenomena alam tersebut.

Dampak gerhana bulan bagi ibu hamil

Dalam ilmu medis atau kesehatan, dampak gerhana bulan tidak akan berpengaruh pada janin bayi.

Karena itu, perempuan hamil disarankan untuk tetap beraktivitas seperti biasanya, tidak harus merasa takut. Hanya saja, beraktivitas di rumah untuk beristirahat lebih dianjurkan.

Menurut Islam, umat Muslim termasuk ibu hamil disarankan untuk melakukan sholat gerhana, lalu mohon perlindungan dan ampunan.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ

Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari no. 1047)

Dzikir dengan istighfar (memohon ampun) juga dianjurkan. Menyerukan takbir (Allahuakbar) pun menjadi sunah sebagai ungkapan takjub kita kepada fenomena alam yang menjadi ciptaan Tuhan.

Jika munculnya gerhana ditafsirkan sebagai tanda-tanda akan datangnya musibah atau bencana, kamu dianjurkan untuk memperbanyak sedekah sehingga akan terhindar dari bencana.

Ikut tradisi juga tidak masalah bagi ibu hamil. Cukup melihat di televisi atau berita, jangan melihat langsung ya. Bukan masalah apa-apa, tapi khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (s)
Baca Juga :
loading...

Bagikan Ke

Related Posts

Previous
Next Post »