Kisah Pilu Seorang Kakek Sebatang Kara yang Tinggal di Rumah Reot dan Menyedihkan


Hanya terlentang lemah menahan rasa sakitnya. Dan hidupnya pun hanya sebatang kara lagi. Tempat yang ditinggalinya pun sangat jauh sekali dari kata layak. Itulah yang dialami oleh kakek ini.

Mengutip kumparan.com, Herman, kakek berusia 87 tahun yang menghabiskan masa tuanya di rumah reyot yang berlokasi di Desa Mekar Jaya, Kedung Waringin, Bekasi. Nahasnya, Herman harus menahan sakit akibat luka parah di sepanjang kakinya.

Sampai akhirnya keberadaan Herman menjadi viral setelah foto tempat tinggalnya diunggah ke media sosial.

Saat ditemui di RSUD Karawang, dengan suara dan kondisi yang masih lemah, Herman berbagi cerita mengenai keadaanya.

"Alhamdulillah ini sudah enakan," ujar Herman. Herman mengatakan, luka yang ia derita dikarenakan tersiram air panas.

"Ini kaki, paha, yang sakit. Kesiram air panas kurang lebih sebulan lalu," tuturnya.
Luka tersebut ia dapatkan saat dirinya tengah berjualan kopi keliling dengan sepeda di Jakarta.


Rumah reyot Kakek Herman di Bekasi (Foto: Marissa Krestanti/kumparan)
"Waktu itu sedang ada razia. Saya enggak takut, jadi saya tebalikin aja sepedanya, malah kesiram kaki saya sama air panas," paparnya.

Nasib sialnya tidak berhenti sampai di situ, kartu pengenalnya turut hilang dalam peristiwa itu.

"Iya hilang, di tas saya warnanya kuning," tambah Herman,

Menurut Herman, pada saat baru mengalami luka, ia sudah diberi pertolongan dan sempat dibawa ke dokter.

"Iya saya sempat ditolongin. Terus dokter tanya sama saya mau pulang atau ngingep di rumah sakit. Saya bilang terserah dokter aja, terus akhirnya dipulangin ke rumah. Padahal saya masih ngerasa sakit," ujarnya.

Herman menuturkan bahwa dirinya sudah lama hidup sebatang kara. Istrinya telah lama meninggal, mereka juga tidak punya anak. Rumah yang ia tinggali juga merupakan peninggalan sang istri.

"Itu rumah almarhumah istri. Saya tinggal di sana tapi jarang pulang soalnya jualan kopi di Jakarta," katanya.


Kakek Herman di RSUD Karawang. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
Ia menambahkan, untuk tinggal sehari-hari, dirinya tidak mempunyai tempat tinggal yang jelas. Mulai dari emperan jalan sampai kebun kosong pernah ia jadikan tempat menghabiskan malam.

"Pulang itu bisa dua minggu sampai sebulan sekali. Kalau sehari-hari ya ngemper di jalan kadang juga di kebun-kebun kosong," paparnya.

Sejatinya, Herman masih memiliki keluarga, meski begitu Herman tidak berharap apapun dari keluarganya.


"(Ada) keluarga di Jakara tapi tidak tahu kalau sekarang di sini (RSUD)," ujarnya.

Raut wajah Herman berubah ketika disinggung mengenai keluarganya. Ia hanya mau berbagi sedikit cerita tentang sanak saudaranya.
"Sudahlah, ga mau bahas soal itu (keluarga), sudah lama tidak ketemu," ucapnya.

Entah apa yang menjadi alasan Herman enggan bercerita mengenai keluarganya, namun ia menegaskan bahwa tidak ingin lagi berharap pada keluarga.

"Saya juga tidak mau ngarepin keluarga," tandasnya.(s)
Baca Juga :
loading...

Bagikan Ke

Related Posts

Previous
Next Post »