Bayi Mungil Ini Harus Berjuang Keras Untuk Tetap Hidup Ditengah Orang Tuanya yang Kesusahan


Usia kehamilan baru 25 minggu namun air ketubah sudah menggenang.

Dokterpun berkata hanya akan fokus menyelamatkan Siti saja karena harapan hidup si bayi sangat tipis.

Perjuangan sepasang suami istri asal Jakarta ini dalam menyelamatkan calon anak mereka memang tidak mudah.

Berawal dari ketuban yang rembes, Siti Rodiah, ibu yang sedang hamil 5 bulan itu dibawa ke rumah sakit.

Namun, usia kandungannya yang masih cukup muda akan membahayakan dia dan calon bayinya jika dipaksa melahirkan.

Hingga pada tanggal 6 Januari 2018 lallu, Siti kembali ke dokter karena perutnya terasa sangat sakit seperti orang akan melahirkan.

Saat dokter memeriksa kandungannya, air ketuban dalam rahim Siti telah mengering dan saat itu kandungannya baru berusia 25 minggu.

Siti dan Pujiyanto pasrah ketika dokter berkata hanya akan fokus menyelamatkan Siti saja karena harapan hidup si bayi sangat tipis.

Siti melahirkan seorang bayi laki-laki dengan normal dan betapa terkejutnya mereka saat bayi itu selayaknya bayi yang lahir non prematur.

Bayi mungil itu hanya memiliki berat badan 850 gram, namun dia bereaksi menangis setelah lahir, mata terbuka dan seluruh organ tubuhnya bergerak.

Seketika itu juga, Pujiyanto menyebut doa berkali-kali dan ucapan syukur atas kelahiran anaknya.

Tetap saja, bayi mungil yang diberi nama Daffa itu harus berada dalam perawatan intensif NICU.

NICU sendiri adalah unit perawatan khusus bagi bayi-bayi yang lahir prematur atau memiliki kelainan fungsi organ.

Sayangnya, di rumah sakit tempat Siti melahirkan tidak memiliki fasilitas NICU sehingga Daffa hanya dirawat dengan fasilitas seadanya.

Terkendala masalah biaya dan tidak banyak rumah sakit yang NICUnya bekerja sama dengan BPJS, Pujiyanto merasa nyaris putus asa.

"Tidak banyak rumah sakit yang mau menerima pasien NICU dengan BPJS, tapi saya lihat anak saya telah berusaha untuk bertahan hidup, saya harus berusaha menyelamatkannya," kata Pujiyanto.

Tanpa pikir panjang lagi, Pujiyanto memindahkan putranya ke RSIA Bunda, Menteng untuk dirawat di NICU
Daffa memang terlihat normal terlepas dari tubuhnya yang sangat kecil, ternyata setelah diperiksa lebih lanjut, Daffa masih perlu perjuangan lagi karena  terkena sakit kuning dan ada beberapa infeksi dalam tubuhnya.

Karena biaya perawatan NICU tanpa BPJS sangat mahal, Daffa dirujuk ke RSUD Pasar Minggu yang memiliki NICU dan bekerja sama dengan BPJS.

Selama 10 hari dirawat di RSUD Pasar Minggu, Daffa justru mengalami penurunan kondisi.

Berat badannya semula 850 gram turun menjadi 720 gram dan Daffa mengalami infeksi serius dalam usus serta nafas spontannya berhenti.

Dengan kondisi kritis, Pujiyanto tetap berusaha memindahkan Daffa ke RSUD Tarakan agar mendapat pertolongan yang tepat.

Dikutip dari intisari.grid.id, Pujiyanto menjelaskan kondisi terkini Daffa.

"Daffa sudah sangat kritis, ventilator yang dipasang pada Daffa sudah dinaikkan menjadi 100% dan semua obat-obatan sudah diberi dengan maksimal, tapi Daffa masih mengalami pendarahan dari hidung dan rongga dada," kata Pujiyanto.

"Daffa juga trombositnya turun, dia harus tranfusi darah dan ada bakteri NEC dalam usus Daffa yang cukup berbahaya. Bahkan, dokter khawatir kalau sampai terjadi pendarahan di otak," lanjutnya.

Pujiyanto mengaku bahwa dia masih kurang informasi mengenai perawatan bayi prematur di NICU sehingga tidak bisa menentukan mana perawatan NICU yang paling tepat bagi Daffa.

Pujiyanto dan istri kini pasrah dan hanya bisa berdoa semua yang terbaik untuk Daffa.
Sadar bahwa biaya yang diperlukan untuk pengobatan Daffa sangat banyak, Pujiyanto dan Siti menggalang dana melalui situs kitabisa.com.

Saat ini, biaya yang diperlukan oleh Daffa masih kurang sekitar Rp70 juta dari target biaya Rp300 juta.

Semoga Daffa bisa segera pulih dan kembali sehat, ya! (s)
Baca Juga :
loading...

Bagikan Ke

Related Posts

Previous
Next Post »