Sumber gambar massnegocios.com
Kenali dengan baik teman dan orang disekitarmu, mereka sama baiknya ketika didepan tetapi kamu tidak tahu jika dibelakangmu...
Ini tipis mengetahui watak asli teman, nggak usah pakai hipnotis kayak di tipi tipi...
Betapa sering, kita mendengar dan bahkan mengalami sendiri, jenis hubungan yang pada akhirnya merugikan, sehingga membawa penyesalan mendalam. Terutama pada para ‘aktivis’ dunia maya.
Kita merasa mengenal seseorang melalui tulisan-tulisannya, dan postingan-postingannya, kita merasa cocok, merasa dekat dengannya, dan lain-lain.
Hingga pada akhirnya kita mempercayakan uang, hati, dan lain-lain pada orang tersebut, namun, kepercayaan tinggallah kepercayaan, kita dirugikan.
Yah pada saat mengalami itu, kita bisa sangat mengasihani diri dan mengharapkan empati dari orang lain. Namun satu hal yang harus diingat, dalam setiap hal-hal yang tidak mengenakkan, tidak ada kesengajaan Allah untuk berbuat dzalim pada diri kita.
Kita harus membawa diri bertanya dan merenung, ” Mengapa hal ini terjadi ? Mengapa kita tidak bisa mengenali ‘orang yang tidak baik’ ? Mengapa kita yang menjadi korban, sementara orang-orang lain yang bergaul dengannya tidak ?
Apakah kita kurang/ belum memiliki kemampuan mengenali karakter orang ?
Ataukah, kita tidak melalui langkah-langkah standar dalam mengenali seseorang ?
Kita terlampau larut dalam imajinasi tentang orang itu.
Mencipta karakter yang kita impikan tentang seseorang, dan kemudian melekatkan karakter itu pada si sosok.
Sehingga ketika seseorang itu memunculkan karakter-karakter aslinya, terkadang kita tak menyadari.
Karena bukan karakter itulah yang ingin kita lihat.
Tanda-tanda sudah diperlihatkan, akan tetapi kita tak mau melihat atau tidak mengenalinya.
Petualanganku malam ini di dunia buku membawaku pada halaman 211, buku Dalam Dekapan Ukhuwah, karya Salim A Fillah.
‘ Ali bin Abi Thalib, adalah lelaki penuh ilmu dengan pemahaman mendalam, sekaligus periang dan penuh kelakar. Demikianlah ‘Umar bin Kahttab mensifatinya.
‘Umar adalah orang yang memiliki firasat tajam, namun ia bukan orang yang sekilas lalu dalam memberikan penilaian.
‘Umar memiliki tiga ukuran untuk menimbang benarkah seseorang mengenali orang lain ?
Satu hari ketika seseorang memuji kawannya dalam persaksian sebagai orang baik,
Pertama : ‘ Umar bertanya padanya, ” Apakah engkau pernah memiliki hubungan dagang atau hutang piutang dengannya, sehingga engkau mengetahui sifat jujur dan amanahnya ?”
” Belum,” jawabnya ragu.
Kedua : ” Pernahkah engkau,” cecar Umar, ” Berselisih perkara dan bertengkar hebat dengannya sehingga tahu bahwa dia tidak fajir dalam berbantahan ?”
” Ehm, juga belum…”
Ketiga : ” Pernahkah engkau bepergian dengannya selama 10 hari sehingga telah habis kesabarannya untuk berpura-pura lalu kamu mengenali watak-watak aslinya ?”
” Itu juga belum. “
“ Kalau begitu pergilah kau, hai hamba Allah. Demi Allah kau sama sekali tidak mengenalnya !”
Dan jika kita lihat, ukuran-ukuran yang dipakai oleh Umar ini begitu dalam.
Sesuai dengan nasehat Umar bin Khattab jika dikaitkan dengan jaman sekarang maka 3 poin ini menjadi penjelasnya :
1. Memiliki hubungan dagang atau hutang piutang ( Dan untuk hal ini, Allah sudah menurunkan ayat khusus, agar kita mencatat akad transaksi tersebut. Jika kita tak mencatatnya dan akhirnya rugi, maka kita sendiri yang salah ).
2. Pernah berargumentasi/ berbeda pendapat. Lalu lihatlah bagaimana ia menanggapinya. Apakah ia tipe yang ketika marah melanda maka kemurkaannya mengerikan dan berlebihan ?
3. Pernah bepergian dengan batas waktu 10 hari atau lebih. Otomatis kita selama waktu tersebut, akan tinggal bersamanya dan bisa mengamati hal-hal yang tak terlihat selama ini.
Jika semuanya sudah dilakukan, maka buat kesimpulan tentang bagaimana pribadi orang tersebut dan apakah dia adalah si penjual minyak wangi atau si pandai besi ?
Semoga bermanfaat. (s)
loading...