BNPB : Alat deteksi tsunami di Indonesia tak berfungsi sejak tahun 2012
Sedih dan lagi-lagi kecewa, tapi sejujurnya tidak terlalu kaget — begitulah mungkin perasaan sebagian besar masyarakat Indonesia ketika mendengar kondisi buoy-buoy pendeteksi tsunami di Indonesia. Namun kita tak kuasa membayangkan seandainya sistem pendeteksi dini tsunami itu bekerja sebagaimana mestinya, mungkin akan lebih banyak orang yang bisa terselamatkan.
Secanggih apapun teknologi yang ada, mendeteksi datangnya gelombang tsunami memang bukan perkara mudah. Terlebih lagi jika tsunami terjadi dengan sangat cepat hanya dalam hitungan beberapa menit setelah gempa seperti yang terjadi di Sulawesi Tengah. Jalur komunikasi yang langsung terputus akibat getaran kuat gempa, juga memperparah keadaan. Lalu apa yang bisa kita lakukan jika langsung berhadapan dengan ancaman tsunami seperti itu?
Di samping terus memanjatkan doa dan berserah diri kepadanya, ada langkah dan hal penting yang harus kita ingat untuk bertahan hidup jika tsunami sudah di depan mata.
1. Saat sistem pendeteksi dini tsunami ternyata seringkali nggak bisa diandalkan, alam bisa jadi penanda. Biasanya, tsunami didahului gempa besar lebih dari 1 menit dan bunyi gemuruh
Sebenarnya alam sudah memberikan tanda-tandanya sebelum bencana alam seperti tsunami terjadi. Kebanyakan tsunami diawali dengan gempa berkekuatan besar yang terjadi selama lebih dari satu menit. Cara mengenali gempa tersebut berkekuatan besar atau tidak adalah dengan merasakan getarannya. Kalau getarannya membuat kita sulit berdiri, itu artinya gempa yang terjadi cukup kuat. Selain itu, waspadai juga suara gemuruh mirip kereta api atau pesawat dan air laut yang mendadak surut ya~
2. Ketika hal itu terjadi, langsung evakuasi diri ke tempat yang lebih tinggi. Prioritaskan untuk menyelamatkan diri sendiri dan abaikan barang-barangmu
Memang sih ada ungkapan, di mana hartamu di situlah hatimu. Tapi jangan sampai harta benda membuat nyawa melayang. Tinggalkan rumah, kendaraan, dan harta benda lalu segera lakukan evakuasi dengan jalan kaki. Setiap menit dalam evakuasi sangatlah berharga. Evakuasi sebaiknya dilakukan ke daerah yang lebih tinggi. Bila nggak sempat mencari dataran tinggi yang aman, cari bangunan tinggi yang kokoh dan naik sampai lantai tertinggi. Jika air sudah sangat dekat, pohon tinggi mungkin bisa jadi pilihan terbaik untuk berpegangan.
3. Namun, jika air sudah menerjang, segera cari benda di sekitar yang mengapung seperti batang pohon atau papan kayu
Kecepatan air ke daratan bisa jadi lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan kita melakukan evakuasi. Jika sudah terlanjur terserang gelombang tsunami dan berada di genangan air, pertahankan diri jangan sampai tenggelam. Raih benda apapun yang mengapung seperti batang kayu atau pintu. Berdoa dan tetap berusaha tenang karena terkadang keajaiban datang dari doa dan hal kecil di sekitar kita.
4. Meski air surut, tetap waspada karena tsunami biasanya datang bergelombang. Lalu berjalan kakilah ke tempat yang lebih aman
Air memang sudah surut, tapi bukan berarti keadaan sudah cukup aman. Bisa jadi tsunami datang kembali lho. Jadi, sebaiknya tetap waspada. Ketika kembali ke daerah yang terkena dampak tsunami, sebaiknya hindari instalasi listrik tegangan tinggi. Kabari keluarga ketika sudah mendapatkan sinyal dan ceritakan kondisi sebenarnya. Jangan mudah menerima kabar yang masih simpang siur serta carilah kebenarannya.
Penting juga untuk menyadari bahwa perjuangan bertahan hidup dari tsunami bukan hanya saat bencana itu menerjang, tetapi juga setelahnya. Akan ada perjuangan yang sama berat untuk menata kembali kehidupan pasca bencana alam sebesar tsunami. Meski penderitaan yang sedang dialami oleh saudara-saudara kita di Sulawesi Tengah jelas tidak terbayangkan, tapi percayalah akan ada hari esok yang lebih baik jika kita saling bahu-membahu menolong satu sama lain untuk hidup di negeri yang rawan bencana ini. (s)
loading...